#12 Februari
2008
Pagi itu semua
warna terlihat. Merah, kuning, hijau, biru, dan aku sendiri membawa warna
putih. Disinilah tempat aku berada sampai sekarang. Mencoba untuk menjadi yang
terbaik, terbaik, dan yang terbaik dalam kehidupan setiap insan di muka bumi
ini. Aku berdiri di tempat itu, aku pikir hal itu sangat keren sekali. Dan sampai
sekarang aku masih memikirkan hal yang sama seperti kala itu, 12 Februari 2008.
Tempat dimana orang tidak akan tau aku ini siapa dan akan menjadi apa.
“Aryana
Cosmitia.” Kata sang ketua yang bernama Bernard saat itu. Kemudian aku
menjawabnya.
“Hadir!” Tentu
saja aku menjawab panggilannya dengan lantang saat dia mulai mengabsen mahasiswa
baru. Bagiku ini seperti kehidupan dalam serial action, dimana pemeran
wanitanya memerankan karakter yang pintar dan menggoda. Menggoda? Mungkin kata
itu bisa dibuang untuk wanita sepertiku ini. Hahaha. Karena kata menarik saja
jauh dari apa yang ada dalam diriku.
12 Februari
2008 saat itu, aku tau aku akan menjadi wanita seperti apa.
Dan semua warna
itu akhirnya terbang, terbang kelangit tertinggi dan menghilang untuk
selamanya. Tidak ada yang tau warna-warna itu turun ke belahan dunia bagian
mana. Yang pasti aku tau dimana keinginanku saat itu. Warna yang kutinggalkan
saat itu, aku tau akulah yang memilikinya.
“Apa yang kau
lihat dari balon-balon itu Ar?” tanya Tery sahabat terbaikku dari sekolah
menengah atas. Dulu aku menemukannya di belahan dunia yang sangat sempit. Haha,
bercanda. Aku bertemu dengan dia saat dia sedang berkelahi di belakang kantin
sekolah. Dia sangat hebat berkelahi walaupun seorang wanita. Aku menyukai
gerakan-gerakannya, seperti dalam film The Raid yang kulihat beberapa akhir
pekan kemarin. Dan itu sangat cool,
setelah itu kami berteman karena dia sebenarnya yang menyelamatkanku dari
pria-pria kurang ajar tukang menggoda wanita.
“Ah, aku hanya
melihat balon-balon itu seperti mimpiku yang akan terwujud Ter.” Lalu aku
tersenyum setelah melihat balon yang kupanggil warna itu menghilang di samudera
langit yang sangat luas tak berujung.
“Kau terlalu
banyak berkhayal Ar.” Katanya sambil sesekali melihat langit kemudian kembali
kepandangan para senior yang melakukan apel pagi itu.
***
Aku tak tau
setelah itu tanggal berapa, yang kuingat saat itu adalah tubuhku penuh dengan
lumpur. Aku berada di sebuah arena, dimana semua yang nampak adalah seperti
medan perang. Aku, tidak tidak! Maksudku, kami. Karena saat itu teman-teman
baruku mengalami hal yang sama yaitu ospek yang begitu seru menurutku. Hari itu
hari terakhir kami menjalankan ospek. Dan menurutku itu adalah hari pertama
dimana aku akan tumbuh dewasa. Hmm,,,seperti itulah yang kuingat saat itu.
Siang hari
setelah kami mencoba untuk turun dari gunung dengan seutas tali, aku
menemukannya. Aku menemukan seorang pangeran dimana jantungmu merasa
seakan-akan berhenti berdetak. Yep, aku merasakan juga hal itu. Tapi mengapa
aku bertemu dengan pangeran itu dalam tubuhku yang bau dan kotor? Hah, aku
ingin mati saja saat itu. Aku hanya bisa berkata ia saja saat dia bertanya
dengan mulutnya yang begitu manis seperti permen.
“Apa kau masih
menyimpan minuman?” tanyanya kepadaku.
“Ya.” Dan aku
memberikannya, kemudian segera mengalihkan pandanganku ke depan. Karena saat
itu sepertinya aku mengalami gagal jantung yang akut. Akupun tidak dapat
bernafas dengan benar. Semua aliran darah ini sepertinya berhenti. Dan aku
takut, aku takut hilang kesadaran dan akhirnya mati sebelum keinginan ini
tercapai.
“Terima kasih.”
Katanya sambil tersenyum, kemudian dia meminum air yang kuberikan padanya. “Brilliant,
panggil aku Brilliant. Sebenarnya namaku Ardbrilliant Leonard.” Katanya sambil
menjulurkan tangannya untuk berjawab tangan denganku. Dan aku sungguh tidak
percaya bahwa dia mengenalkan namanya sendiri tanpa kuminta. Sungguh mengesankan,
dan aku tidak lupa bahwa badanku kotor dan bau. Aku sungguh tidak percaya diri
meskipun semuanya saat itu sama sepertiku. Bau dan kotor, dan aku berani
bertaruh tubuhnya juga sama sepertiku. Hanya saja, aku pikir aku akan bertemu
dengan pangeran ini dengan suasana romantis dan penuh dengan wangi bunga disana
sini. Namun hal itu sungguhlah keadaan yang berbeda 180 derajat. Sungguh diluar
dugaan.
Namun itulah
cerita favoritku dihari itu. Hari dimana aku bertemu seseorang yang tampan,
keren, ramah, dan pintar. Ardbrilliant Leonard, dan aku memanggilnya Brilliant
sesuai dengan apa yang dia inginkan.
***
# 20 mei 2008
Aku masih di
semester awal. Ini adalah ujian pertamaku. Disini semua begitu cepat. Sesekali aku
melupakan pangeran pujaanku Brilliant meskipun dia duduk disebelahku, dan dia
begitu seksi ketika dia sedang bercerita tentang pengalamannya menerobos satu
kasus ke kasus yang lain. Yep, kami seperti detektif Q. Namun tepatnya mata-mata
yang mencari kebenaran dari kasus yang tidak dapat dipecahkan. Brilliant
sungguh bukan namanya saja yang pintar, tapi otaknya pun seperti itu. Dia sangat
pintar, tak ada kasus yang tak terpecahkan. Semua begitu mudah baginya. Sepertinya
dia hanya bodoh dalam satu kasus saja. Cinta. Dia tak dapat memecahkannya. Termasuk
aku, aku tak dapat memecahkan mengapa dia tak dapat merasakan hatiku ini. Dan akhirnya
aku sedikit melupakan rasa itu dengan banyaknya ujian-ujian di semester ini.
Sekolah ini
begitu berbeda, aku tak sempat terpikir dibeberapa tahun terakhir untuk sekolah
di tempat seperti ini. Bahkan sejujurnya aku tak tau di dunia ini ada sekolah
semacam ini. Aku ulangi semuanya begitu cepat. Empat bulan ini aku harus
menyelesaikan 10 kasus tak terpecahkan. Otakku benar-benar diperas. Awalnya semua
ini begitu sulit, namun lama-lama aku haus. Aku haus akan kasus seperti yang
ada di serial komik conan. Aku menyukai komik itu. Entahlah, aku sepertinya
kekanak-kanakan tetang hobiku yang satu ini, yaitu membaca komik. Dan di kasus
terakhir ini adalah ujian akhir semesterku. Jika aku tidak menyelesaikannya,
aku akan tinggal di semester ini dan tidak bisa melanjutkan semester
selanjutnya. Itu berarti aku tak dapat bertemu dengan Brilliant dalam kelas
yang sama. Hah,,,itu memuakkan. Jujur saja, meskipun otak ini ingin menghindar
darinya, tetap saja hati ini selalu rindu melihat senyumnya yang begitu menggoda.
“Ar, apa yang
kau pikirkan?” tanya Brilliant yang sadar aku sedang melamun.
“Hm,,,tidak. Aku
hanya sedikit lelah.” Kataku berdalih. Aku tidak ingin kalau dia tau aku sedang
memikirkannya. Tapi aku yakin, dia tidak akan sadar. Karena dia begitu bodoh
dalam hal ini. Bayangkan saja, sebenarnya yang menyukai dia bukan hanya aku
saja. Hampir semua wanita di kelas ini menyukai dia. Kecuali sahabatku Tery. Jadi
kalau dihitung-hitung ada 9 orang yang menyukainya termasuk aku. Secara matematis, 90% wanita di
kelas ini menyukainya. Wow itu angka yang hampir sempurna. Tentu saja 90%,
karena wanita dikelas kami ada 10 orang, sisanya ada 15 pria dan 1 orang tak dapat kami ketahui. Aku pikir dia
bergender laki-laki karena dagunya sedikit memiliki sudut. Namun Brilliant tetap
dengan argumennya, menurutnya dia wanita. Hah, itu adalah hal yang sangat
konyol menurutku. Atau dia sedang mencoba menggodaku. I wish.
“Sepertinya kau
berbohong.” Katanya lagi mencoba membaca pikiranku.
“So tau.” Kataku
sambil senyum dan menunduk mencoba untuk membaca kasus terakhir yang kucoba
untuk kuselesaikan.
“Dasar kau ini.
Lucu sekali.” Katanya sambil mengelus kepalaku. Oh my god. Semuanya seperti
berhenti. Aku ingin dia mengulangnya sekali lagi, untuk hari ini tentunya. Dan aku
harap akan terulang lagi dihari yang lain. Tapi aku hanya bisa diam. Dia selalu
ramah pada wanita lain. Itu yang membuatku tidak merasa bahwa dia memiliki
perasaan yang sama terhadapku.
***
# Desember 2009
Setelah itu aku
tak bertemu dengannya lagi. Setidaknya untuk beberapa pekan. 3 semester. Dia menghilang.
Dan aku begitu terkejut, setelah 3 semester menghilang dia kembali lagi. Dia duduk
di semester yang sama denganku. Bagaimana bisa? Aku benar-benar heran. Otaknya terbuat
dari apa? Sungguh mengesankan. Pikiran ini begitu menggangguku di hari pertama
aku bertemun dia kembali.
“Sudah lama
tidak bertemu ya.” Kata pertama yang dia ucapkan kepadaku. Dan aku tak dapat
mengatakan apa-apa selain tersenyum dan aku tak ingin memandangnya saat itu. Sungguh
aku tak pintar berkata-kata kecuali hanya dalam khayalanku saja seperti saat
ini. “Apa kau tidak rindu padaku?” tanya dia masih memandangku saat kelas sunyi.
Aku hanya menggigit bibirku yang kelu. “Ayolah katakan sesuatu Ar!” pintanya
lagi.
“Ini sedang
kuliah Brilliant.” Hanya itu yang kukatakan padanya. dan akhirnya dia terdiam.
Singkat sekali.
Aku menghindarinya sepanjang hari itu. Bagaimana tidak. Aku begitu heran kenapa
dia mengajakku berbicara terus, sedangkan aku tak mampu berkata bahwa
sesugguhnya aku sangat rindu padanya.
Semua ini
begitu berat, tak seberat kasus pembunuhan berantai yang terjadi akhir tahun
ini yang akhirnya aku pecahkan beberapa hari yang lalu. Ini begitu sulit
untukku. Aku tak dapat membereskan hati ini. Inginku pergi saja seperti warna
putih yang kulepas saat pertama kali penerimaan mahasiswa baru.
Keesokan harinya,
dia menghilang kembali, entah kemana. Aku begitu merindukannya. Dan aku adalah
makhluk terbodoh saat itu.
***
Kalau dipikir-pikir
sepertinya aku adalah pemeran Ran pada serial komik Detectif Conan, dan
Brilliantlah yang menjadi Shinichi Kudo nya. Aku begitu terluka karena ini. Dia
tidak pernah tau perasaanku yang sebenarnya seperti apa. Dan aku begitu bodoh,
karena telah membuang kesempatan berbicara dengannya akhir tahun lalu. Kini aku
telah resmi menjadi alumni SOS. Sekolah yang tidak tau dibelahan mana, karena
kami pantang untuk membicarakannya. Dan kepanjangan dari SOS itu juga aku tak
tau, karena kami pantang mengingat namanya.
Aku lulus
dengan peringkat tertinggi dan 1 tahun lebih cepat dari dugaan. Aku menyelesaikannya
begitu mudah. Yep, begitu mudah dalam hidupku. Seperti yang dikatakan Mr. RC. Dia
memberikanku pena aneh. Pena yang tidak pernah berhenti memberikan cahayanya
saat aku merasa otakku akan berhenti. Pena ini seperti magic untukku. Saat aku
memandangnya, maka semua penat dalam diri menghilang. Semuanya begitu mudah
lagi saat aku menyelesaikan beberapa kasus yang sangat sulit menurutku. Dan lagi-lagi
1 kasus yang tak dapat kuselesaikan tetap berdiam diri seperti bom waktu. Brilliant,
aku mengingatnya kembali. Dia seperti phantom, aku tak dapat menemukannya. Bahkan
dalam data yang kucoba terobos di SOS. Dia menghilang, seperti tidak ada
Brilliant yang kukenal di dunia ini. Dia sepertinya memang khayalanku saja.
Akhirnya aku
pergi jauh. Berkeliling dunia untuk bercinta dengan kasus-kasus yang sangat
manis di berbagai dunia. Semuanya cepat, mulai dari rambut pendek ke panjang ke
pendek lagi dan ke panjang lagi.
Akhirnya aku
lupa sekarang tahun berapa.
***
#8 Juni 2012
Dalam setiap
memori yang banyak ini. Semua terangkum menjadi satu. Satu hal yang membuatku
terkesan. Aku sepertinya diam dalam satu dimensi, dimana waktu tak berarti
untukku. Sekarang aku hidup di tahun yang serba gemerlap. Dunia nyata. Dan hatiku
masih di masa yang lampau. Dimana dia
berada, sesekali dalam tahun ini aku mencoba tidak tidur hanya untuk melacak
keberadaannya. Hah, hidupku ini benar-benar menyedihkan dalam kecemerlangan
yang kupunya. Namun sekali lagi aku berkata, aku bukanlah wanita yang menggoda.
Terbukti bahwa tidak ada pria yang mau mendekatiku. Betapa menyedihkannya aku
ini kan.
“Sepertinya kau
sedang berjalan-jalan dengan khayalanmu lagi Ar.” Kata suara wanita
dibelakangku.
Aku tersenyum dan
tak mampu berkata apa-apa. Kupeluk wanita yang tetap tomboy dan jago berkelahi
ini dengan pakaian nya yang terlihat rapi saat ini lalu memandangnya sesaat melepas kerinduanku terhadap sahabatku ini.”Bagaimana
kabarmu?” tanyaku.
“Baik. Kamu?”tanyanya.
“Seperti inilah
aku..”
“Tetap tak
banyak bicara. Aku pikir kau akan menjadi wanita pesolek yang muncul di tv
untuk menutupi siapa dirimu sebenarnya. Ternyata bukan seperti itu.”
“Sayang sekali,
aku tak sesuai dengan keinginanmu.” Kataku sambil tersenyum, lalu kami berjalan
mengitari taman kampus SOS ini. “Bagaimana
rasanya jadi presenter tv? Kau begitu mengesankan dalam layar kaca. Aku menginginkan
tanda tanganmu untuk sepupuku yang sedang hamil, karena dia sangat mengagumimu.”
Kataku masih berjalan bersamanya di
taman itu menuju ruang rapat. Hari ini ada rapat besar-besaran untuk menyelesaikan
kasus presiden di negara eropa sana.
“Tidak begitu
buruk, aku menutupi keberadaanku dengan menjadi presenter dan semunya seperti
dalam novel-novel. Kau tau, aku mendapat banyak jabatan tangan dan bunga-bunga.
Kemudian aku mendapat flu, karena sebenarnya aku alergi bunga. Hahaha. Itu sangat
konyol sekali, dan setelahnya aku tak mendapat bunga lagi. Karena mereka cepat
menyebarkan informasi yang sebenarnya tidak kusukai. Kemudian di kesempatan
berikutnya aku mendapat banyak kado sebagai pengganti bunga.” Katanya kemudian
menceritakan cerita-cerita yang lainnya dan akhirnya kita tertawa bersama. “Lalu
bagaimana dengan pekerjaan barumu itu. Kau bekerja sebagai dokter bedahkan? Kau
sangat mengesankan, selain seorang phantom, kau menjadi dokter yang hebat.”
“Yah,,,pekerjaanku
biasa-biasa. Hampir tiap hari disibukkan dengan berbagai macam penyakit. Untungnya
aku masih bisa membagi waktuku dengan pekerjaan asliku ini.” Kataku berkata
pendek.
“Lalu bagaimana
dengan Brilliant? Apa kau mendapat kabar?” tanya dia. Aku benar-benar
tersentak. Aku tak dapat berkata apa-apa lagi, akhirnya aku terdiam. “Aku
mengerti, kau kehilangan informasi tentangnya. Apa kau tahu, beberapa waktu
yang lalu sempat ada kabar tentangnya.”
“Apa?” tanyaku
kepadanya dengan perasaan yang sangat ingin tahu.
“Kabarnya dia
sedang menyelesaikan kasus di Amerika tentang hilangnya para ilmuwan-ilmuwan
disana. Namun setelah kutanyakan pada temanku yang sedang menyelesaikan kasus
yang sama. Ternyata tidak ada nama Brilliant disana. Akupun tidak mengerti,
semua kabar burung itu sepertinya hanya gosip saja. Memangnya kau tidak
mendapat kabar itu? Hm....sungguh aneh sekali.” Katanya.
“Aku tidak
mendengar kabar itu Ter. Apa aku boleh tau, kau mendapat kabar itu dari siapa?”
tanyaku penasaran.
“Aku
mendapatkan nya dari email yang tak dapat kukenal. Dia mengatakan informasi
itu. Ini aku perlihatkan kepadamu.” Kemudian dia mengeluarkan tabletnya
kehadapanku. Dan betapa terkejutnya aku, pengirim itu berinisial AL.
“AL? Apa itu
berarti Ardbrillinat Leonard?” tanyaku kepadanya.
“Aku pikir
begitu juga Ar, tetapi aku kesulitan melayaknya. Menurutmu kenapa orang ini
mengirimkannya kepadaku? Seingatku aku jarang sekali berbicara dengannya.” Katanya
bertanya kepadaku.
“Akupun tidak
tahu Ter.” Kemudian aku memberikan tabletnya kembali. Dan kami meneruskan
perjalanan menuju aula besar.